Kamis, 04 Juni 2015

KAKEK NENEK


Suatu ketika di sebuah desa kecil hidup pasangan kakek dan nenek yang hendak berangkat umroh, si kakek tampak gelisah sepertinya ada yang kakek sembunyikan, akhirnya dengan pertimbangan yang cukup lama, si kakek membuka pembicaraan dengan nenek.

"Nek, kita kan mau berangkat umroh" kata kakek berbasa-basi, "Untuk itu kakek mau kita saling jujur atas kesalahan kita masing-masing" sambung kakek. "Biar kita mabrur juga takut kita nggak ketemu lagi sepulang umroh", kemudian nenek menjawab dengan penuh antusias, "Kakek betul biar ibadah kita diridhoi ya kek", jawab nenek.

Dengan penuh keraguan kakek berkata, "Mmm anu nek, aduh gimana yah ngomongnya?"

"Memang apa sih kek yang ingin kakek omongin, ngomong aja terus terang kek" kata nenek.

"Aduh gimana ya? Kakek mau jujur tapi takut nenek marah. Nenek jangan marah ya?" pinta kakek, nenek pun mengangguk tanda setuju.

"Gini nek" sambung kakek ragu. "Sebetulnya pada waktu kita nikah dulu kakek sudah bukan perjaka lagi".

Kakek menunggu jawaban nenek, dengan ekspresi yang datar nenek menjawab "Oh..."

Kakek heran, "Lho kok cuma oh, nenek nggak marah?"

Jawab nenek "Kek, nenek pun mau jujur sama kakek, nenek juga waktu kita nikah sudah tidak perawan lagi" jawab nenek menjelaskan.

"Oh begitu rupanya" kakek lega mendengar jawaban nenek, "Kalau begitu kita impas ya nek".

"Apa?" kakek agak terkejut, sambil sedikit menahan amarahnya, kata kakek. "Memang nenek sudah nikah berapa kali?"

"Nah itu dia, nenek lupa berapa kali nenek nikah. tapi setiap nenek nikah, nenek menyimpan sebuah butir kacang hijau dimangkuk"

"Sekarang dimana mangkuk itu?" tanya kakek dengan perasaan yang tak karuan. "Ada di dapur di atas rak piring" kata nenek.

Betapa lebih terkejut lagi si kakek mendapati mangkuk besar yang terisi banyak butiran kacang hijau, sambil membawa mangkuk itu ke teras depan, kakek bertanya "Nek, kenapa banyak sekali? Lalu apa maksudnya uang yang nenek simpan di atas mangkuk ini?"

"Oh karena terlalu banyak butir kacang hijau yang nenek simpan, jadi nenek menjualnya sebagian, itulah uang yang nenek peroleh dari menjual butir kacang hijau"

Hehehe... mungkin tidak pernah ada cerita seperti di atas namun dari cerita di atas dapat kita pelajari bahwa adalah hal terpenting selain sebuah kejujuran.

Dan apabila anda bertanya pada diri anda sendiri, bukan siapkah anda jujur kepada orang lain, namun lebih siapkah anda apabila orang lain jujur kepada anda?

"Katakanlah sejujurnya walapun itu pahit"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hargai karya orang lain dg selalu mencantumkan alamat blog ini bila share artikel terkait.